Sabtu, 06 Desember 2014

KURIKULUM 2013

TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia Retno Listyarti menyatakan masalah utama dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 adalah terjadinya malpraktek dalam pembuatan buku yang mengacu pada kurikulum itu.(Baca: Anies Baswedan: Kurikulum 2013 Prematur)

“Ada yang tidak sinkron antara silabus dan isi buku ajar yang diterapkan pada buku-buku siswa sekolah dasar. Kesalahan terjadi saat menyelesaikan pencetakan buku-buku yang berbasis Kurikulum 2013,” kata Retno saat dihubungi, Ahad, 23 November 2014.

Ia menerangkan, buku Kurikulum 2013 dicetak terlebih dulu. Setelah buku terbit, barulah silabus dicetak. Dari sisi urutan, kata Retno, hal itu salah. Seharusnya silabus dulu yang dicetak, baru buku-buku. “Buku-buku itu mengikuti materi di silabus, guru mengajar juga berdasarkan silabus,” katanya. (Baca:Buku Kurikulum 2013 Bakal Kembali Molor)

Ternyata, setelah dicetak, materi antara silabus dan buku pun tidak nyambung. “Akhirnya, silabus diubah dan diganti menyesuaikan isi buku. Cara seperti ini malpraktek namanya,” katanya.

Kesalahan itu sudah dia sampaikan kepada Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah Anies Baswedan. Retno menyatakan setuju atas keputusan Menteri Anies akan mengevaluasi Kurikulum 2013. (Baca: Banyak Keluhan, Anies Evaluasi Kurikulum 2013)

Saat melakukan inspeksi mendadak di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Depok pada 14 November 2014, Menteri Anies sempat mendengarkan curhat para guru yang mengeluhkan penerapan kurikulum itu. “Saya sakit hati karena awal-awal bahasa daerah itu enggak ada di Kurikulum 2013,” kata guru bahasa Sunda, Sari. (Baca:Menteri Anies Sidak Penerapan Kurikulum 2013)

Masalah lain yang timbul dalam penerapan Kurikulum 2013 yakni soal materi. “Ada materi sudah diberikan di kelas VII, padahal itu di bagian kelas VIII,” katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar